• Perencanaan Tapak adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam guna menunjang kegiatan - kegiatan manusia
  • Sejarah Bali, Putusnya Bali dengan Jawa yang mula-mula menjadi satu daratan..
  • Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaanbentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak).
  • Cara Bermain Heroes Of Newerth Garena (HoN)
  • Pura Taman Ayun sekarang dahulu pada tahun 1634M dinamakan Pura taman Ahyun.Taman Ahyun diambil dari kata “Taman” yang berarti kebun dan “Ahyun” dari kata “Hyun” yang berarti keinginan.

Jumat, 07 Oktober 2016

Sejarah Pura BESAKIH




Pura Besakih merupakan pura terbesar yang ada di Bali yang tepatnya terletak di Kecamatan Rendang,Kabupaten Karangasem. Dulu,  tempat sebelum dibangunnya Pura Besakih hanya terdapat kayu-kayuan dalam sebuah  hutan belantara. Sebelum adanya selat Bali ( Segara Rupek ) Pulau Bali dan pulau Jawa dahulu masih menjadi satu dan belum dipisahkan oleh laut, pulau ini bernama Pulau Panjang  atau Pulau Dawa. Di suatu tempat di Jawa Timur yaitu di Gunung Rawang (Gunung Raung) ada seorang Yogi atau pertapa yang bernama Resi Markandeya.  Karena ketinggian ilmu bhatinnya ,kesucian rohaninya,serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau maka oleh rakyat,beliau diberi julukan Bhatara Giri Rawang.
Pada mulanya Resi Markandeya bertapa di Gunung Demulung, kemudian pindah ke gunung Hyang (konon gunung Hyang itu adalah DIYENG di Jawa Tengah yang berasal dan kata DI HYANG). Sekian lamanya beliau bertapa di sana, mendapat titah dari Hyang Widhi Wasa agar beliau dan para pengikutnya merabas hutan di pulau Dawasetelah selesai, agar tanah itu dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Demikianlah kemudian beliau berangkat ke tanah Bali disertai pengikutnya yang pertama yang berjumlah 8000 orang dengan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan. Sesampainya ditempat yang dituju,beliau memerintahkan pengikutnya agar mulai merambas hutan. Akan tetapi Saat merabas hutan, banyak para pengiring Sang Yogi Markandeya yang sakit, lalu mati dan ada juga yang mati dimakan binatang buas, karena tidak didahului dengan upacara yadnya (bebanten / sesaji).

    Kemudian beliau memerintahkan pengikutnya untuk menghentikan perambasan. Dengan hati yang sedih beliau kemudian mengajak pengikutnya untuk kembali ke Jawa. Beliau kembali ketempat pertapaannya semula untuk mohon petunjuk kepada sang Hyang Widhi.Setelah beberapa lamanya beliau berada dipertapaannya, timbul cita-citanya kembali untuk melanjutkan merambas hutan tersebut. Pada suatu hari yang baik,beliau kembali berangkat ke tanah Bali. Kali ini beliau mengajak pengikutnya yang kedua berjumblah 4000 orang yang berasal dari desa Aga yaitu penduduk yang mendiami lereng Gunung Rawung . Turut dalam rombongan itu para Pandita atau para Rsi. Para pengikutnya membawa perlengkapan beserta alat-alat pertanian dan bibit tanaman untuk ditanam di tempat yang baru.
Setelah tiba di tempat yang dituju, Resi Markandeya segera melakukan tapa yoga semadi bersama-sama para yogi lainnya dan mempersembahkan upakara yadnya, yaitu Dewa Yadnya dan Buta Yadnya. Setelah upacara itu selesai, para pengikutnya disuruh bekerja melanjutkan perabasan hutan tersebut, menebang pohon-pohonan dan lain-lainnya mulai dan selatan ke utara. Karena dipandang sudah cukup banyak hutan yang dirabas, maka berkat asung wara nugraha Hyang Widhi Wasa, Sang Yogi Markandeyamemerintahkan agar perabasan hutan, itu dihentikan dan beliau mulai mengadakan pembagian-pembagian tanah untuk para pengikut-pengikutnya masing-masing dijadikan sawah, tegal dan perumahan.

    Demikianlah pengikut Rsi Markandya yang berasal dari Desa Aga ( penduduk lereng Gunung Rawung Jawa Timur ) menetap di tempat itu sampai sekarang. Ditempat bekas dimulainya perambasan hutan itu oleh Sang Rsi/Yogi Markandya menanam kendi (caratan) berisi air disertai 5 jenis logam yaitu: emas,perak,tembaga,perunggu dan besi yang disebut Panca Datu dan permata Mirahadi ( mirah yang utama ) dengan sitertai sarana upakara selengkapnya dan diperciki Tirta Pangentas ( air suci ). Tempat menanam 5 jenis logam itu diberinama Basuki yang artinya selamat. Kenapa disebut demikian,karena pada kedatangan Rsi Markandya yang ke dua beserta 4000 pengikutnya selamat tidak menemui hambatan atau bencana seperti yang dialami pada saat kedatangan beliau yang pertama. Ditempat itu kemudian didirikan palinggih. Lambat laun di tempat itu kemudian didirikan pura atau khayangan yang diberi nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal berdirinya pura –pura yang lain di komplek Pura Besakih. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pembangunan pura ditempat itu dimulai sejak Isaka 85 atau tahun 163 Masehi. Pembangunan komplek pura di Pura Besakih sifatnya bertahap dan berkelanjutan disertai usaha pemugaran dan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dari masa kemasa.
(sumber:babadbali.com, senaya.web.id)

Sejarah Pura Luhur Lempuyang

pura lempuyang
Pura Lempuyang terletak di puncak Bukit Bisbis atau Gunung Lempuyang, Karangasem. Pura ini diduga termasuk paling tua keberadaannya di Bali. Bahkan ada yang memperkirakan sudah ada pada zaman pra – Hindu-Budha, yang semula bangunan suci terbuat dari batu. Pura Lempuyang merupakan stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara.

Sejarah Pura Lempuyang

Dalam buku terbitan Dinas Kebudayaan Bali (1998) berjudul ”Lempuyang Luhur” disebutkan, lempuyang berasal dari kata ”lampu” artinya sinar dan ”hyang” untuk menyebut Tuhan, seperti Hyang Widhi. Dari kata itu lempuyang atau lampuyang diartikan sinar suci Tuhan yang terang-benderang (mencorong/menyorot).
Ada juga versi  lain yang menyebutkan lempuyang adalah sejenis tanaman yang dipakai bumbu masak. Hal itu juga dikaitkan dengan nama banjar di sekitar Lempuyang yaitu Bajar Bangle dan Gamongan. Bangle dan Gamongan merupakan tanaman sejenis yang bias dipakai obat dan bumbu. Versi lain ada juga yang menyebut lempuyang berasal dari kata ‘empu’ atau ‘emong’ yang diartikan menjaga. Bhatara Hyang Pasupati mengutus tiga putranya turun untuk mengemong guna menjaga kestabilan Bali dari berbagai guncangan bencana alam.

Dalam lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul dinyatakan; Sang Hyang Parameswara membawa gunung-gunung yang ada di Bali dari Jambhudwipa ( India ), dari Gunung Mahameru. Potongan Gunung Mahameru itu dibawa ke Bali dan dipecah menjadi tiga bagian besar dan juga bagian-bagian kecil. Bagian tengahnya dijadikan Gunung Batur dan Rinjani, sedangkan puncaknya menjadi Gunung Agung. Pecahannya yang lebih kecil menjadi deretan gunung-gunung di Bali yang berhubungan satu sama lainnya. Gunung-gunung tersebut adalah Gunung Tapsahi, Pengelengan, Siladnyana, Beratan, Batukaru, Nagaloka, Pulaki, Puncak Sangkur, Bukit Rangda, Trate Bang, Padang Dawa, Andhakasa, Uluwatu, Sraya, dan gunung lempuyang. Gunung-gunung itu sebagai stana para Dewa manifestasi Tuhan untuk menjaga Bali.
Dalam lontar itu juga disebutkan bahwa Sang Parameswara menugaskanputranya Sang Hyang Agnijayasakti turunke Bali dan menjaga kesejahteraan Bali dan beliau ber-stana di Gunung Lempuyang bersama dengan dewa-dewa lainnya.
Sekitar tahun 1950 ditempat didirikannya Pura Lempuyang Luhur kini, baru ada tumpukan batu dan sanggar agung yang dibuat dari pohon hidup. Dibagian timur berdiri sebuah pohon sidhakarya besar yang kini sudah tidak ada lagi. Diduga pohon itu tumbang atau mati pelan-pelan tanpa ada generasi baru menggantikannya. Barulah pada tahun 1960 dibangun dua padma kembar, dan sebuah padma tunggal bale piyasan.
Pura Lempuyang memiliki status penting, sama seperti Pura Besakih. Baik dalam konsep padma bhuwana, catur loka pala ataupun dewata nawa sanga. Dalam berbagai sumber lontar atau prasasti kuno, ada tiga Pura besar yang sering disebut selain Besakih dan Ulun Danu Batur yakni Pura lempuyang.
Mengutip sejumlah sumber kuno, Jero Mangku Gede Wangi, pemangku di pura itu mengatakan,
orang Bali apapun wangsanya tak boleh melupakan pura ini. Paling tidak sekali waktu menyempatkan diri tangkil sembahyang ke pura ini.Sebab,jika tidak pernah atau lupa memuja Tuhan yang manifestasinya berstana di pura ini, selama hidup bias  tak pernah menemukan kebahagiaan, seringkali cekcok dengan keluarga atau dengan masyarakat dan bahkan pendek umur.
Kewajiban masyarakat Bali untuk memuja Batara Hyang Gni Jaya di Lempuyang Luhur disebutkan dalam bhisama Hyang Gni Jaya yang tertulis dalam lontar Brahmanda Purana sebagai berikut:
Wastu kita wong Bali, yan kita lali ring kahyangan, tan bakti kita ngedasa temuang sapisan, ring kahyangan ira Hyang Agni Jaya, moga-moga kita tan dadi jadma, wastu kita ping tiga kena saupa drawa
Jero Mangku Gede Wangi mengatakan, untuk memulai belajar ilmu pengetahuan, apalagi ilmu keagamaan Hindu, sangat baik jika dimulai dengan mohon restu di Pura Lempuyang Luhur. Selain itu, banyak pejabat suka bertirtayatra ke pura ini.
Jero Mangku Gede Wangi menyampaikan, di Pura Lempuyang Luhur terdapat tirta pingit di pohon bambu yang tumbuh di areal Pura Luhur. Saat umat nunas tirta, pemangku pura usai ngaturang panguning akan memotong sebuah pohon bambu. Air suci/tirta dari pohon bambu itu di-pundut untuk muput berbagai upacara, kecuali manusa yadnya. ”Siapa pun tak boleh berbuat buruk seperti campah di pura, jika tak ingin kena marabahaya,” ujar Jero Mangku.

Pantangan di Pura Lempuyang

Menurut Jero Mangku Gede Wangi , ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar ketika hendak naik ke Pura Lempuyang Luhur dan jika dilanggar akan berdampak buruk.  Pantangannya yaitu sebagai berikut:
  1. sejak awal, pikiran, perkataan, dan perbuatan harus disucikan
  2. Tidak boleh berkata kasar saat perjalanan
  3. Orang cuntaka, wanita haid, menyusui, anak yang belum tanggal gigi susu sebaiknya jangan dulu masuk pura atau sembahyang ke  pura
  4. Tidak boleh membawa perhiasan emas, karena kerap kali jika membawa perhiasan emas akan hilang secara misterius
  5. Membawa makanan atau makan daging babi saat ke Pura Lempuyang, karena daging babi terbilang cemer
Menurut cerita Jero Mangku Gede Wangi, pernah ada rombongan orang sembahyang naik Isuzu dari Negara. Rupanya, sebelum ke Lempuyang rombongan itu melayat orang meninggal lebih dahulu. Mobil rombongan itu pun jatuh terperosok karena tak bisa naik di tanjakan sebelah atas rumah Mangku Pasek. ”Saya dengar salah seorang rombongan sudah mencegah agar jangan langsung ke Pura Lempuyang, tetapi saran itu tak gubris,” ujar Jero Mangku.
Sebagai umat Hindu khususnya di Bali, seperti yang sudah di katakan Jero Mangku Gede Wangi. Kita tidak boleh melupakan Pura Lempuyang hendaknya kita menyempatkan sesekali untuk tangkil kesana. Dan pantangan-pantangannya harus kita ingat dan pahami.
Semoga bermanfaat untuk semeton. Jika ada penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama.Suksma…

Rabu, 05 Oktober 2016

Sejarah Pura Taman Ayun Taman Yang Indah Dari Kerajaan Mengwi





Sejarah Pura Taman AyunSejarah nama pura taman ayun.


Pura Taman Ayun sekarang dahulu pada tahun 1634M 
dinamakan Pura taman Ahyun.Taman Ahyun diambil dari kata “Taman” yang berarti kebun dan “Ahyun” dari kata “Hyun” yang berarti keinginan 
jadi Pura berarti pura yang didirikan pada sebuah kebun yang dikelilingi oleh kolam yang dapat memenuhi keinginan. 
Kata Hyun kemudian seiring perkembaganya berubah menjadi “Ayun”. 
Namun pengertian Ayun ini sedikit berbeda dari kata Hyun tersebut. Kata Ayun ini berarti indah, cantik. 
Jadi Taman Ayun berarti sebuah taman atau kebun yang indah dan cantik.


gambar pura taman ayun
Gambar ilustrasi pembangunan pura
Sejarah pembangunan pura taman ayun.
Sejarahnya Pura Taman Ayun ini dibangun pada abad ke-17 tepatnya dimulai tahun 1632.
Dan selesai pada tahun 1634 oleh raja Kerajaan Mengwi yang pada saat itu mempunyai nama lain kerajaan "Mangapura", "Mangarajia", dan "Kawiyapura", yaitu I Gusti Agung Putu raja kerajaan mengwi saat itu. 
Dalam pembangunan Pura Taman Ayun Beliau dibantu oleh arsitek yang berasal dari seorang keturunan Cina dari Banyuwangi yang bernama Ing Khang Ghoew juga sering disebut I Kaco rekan dari Raja Mengwi. 
Pura Taman Ayun merupakan Pura Keluarga bagi Kerajaan Mengwi. Awalnya, pura ini didirikan karena pura-pura yang ada pada jama itu jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. 
Maka dari itu, Sang Raja mendirikan sebuah tempat pemujaan dengan beberapa bangunan sebagai penyawangan (simbol) daripada 9 pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Ulundanu, Pura Batur, Pura Uluwatu, Pura Batukaru, dan pura utama lainnya yang ada di Bali. 

gambar pura taman ayun
gambar pura taman ayun

Keberadaan dari Pura Taman Ayun ini terletak di Desa Mengwi, 
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Suasana di dalam Pura Taman Ayun ini begitu menenangkan, menyaksikan kemegahan pura dengan pahatan-pahatan seni dari jaman kerajaan. 
Sedikitnya ada 10 bangunan meru, yang tertinggi sampai tumpang sebelas. 
Pura ini dikelilingi kolam besar, sehingga dari kejauhan, pura ini seolah-olah terapung. 
Areal pura ini luasnya mencapai empat hektar, ditumbuhi berbagai macam bunga dan pohon buah-buahan. Memang, dulu pura ini merupakan pertamanan tempat beriatirahat. 
Pemerintah Daerah Bali pernah mengusulkan kepada UNESCO, agar Pura Taman Ayun termasuk dalam World Heritage List.

Sejarah Pura Ulun Danu Batur

Memuja Dewa Kemakmuran di Pura Batur

Aham bhumim adadam aryaya.
aham vrsthim dasuse martyaya,
aham apo anayam vavasana
mama devaso anu ketam ayam.
(Rgveda IV.26.2).
Maksudnya: Aku anugerahkan bumi ini kepada orang yang mulia. Aku turunkan hujan yang bermanfaat bagi semua makhluk. Aku alirkan terus gemuruhnya air dan hukum alam yang patut pada kehendak-Ku.
Pura Besakih disebut Pura Purusa, sedangkan Pura Batur disebut Pura Pradana.
Di Pura Besakih, Tuhan dipuja untuk menguatkan jiwa kerohanian umat untuk mencapai kebahagiaan spiritual. Sedangkan di Pura Batur, Tuhan dipuja untuk menguatkan spiritual umat dalam membangun kemakmuran ekonomi.
Tenang secara rohani dan makmur secara ekonomi merupakan dambaan universal setiap umat manusia di dunia ini. Mengapa disebut Pura Purusa dan Predana. Hal ini diceritakan dalam Lontar Usana Bali. Dalam Lontar Usana Bali itu diceritakan secara mitologis bahwa Gunung Mahameru di India sangat tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh maka hancurlah alam ini. Karena itu Sang Hyang Pasupati mengambil puncak Gunung Mahameru di India dengan kedua tangannya. Bongkahan Gunung Mahameru itu diterbangkan ke Bali. Bongkahan yang digenggam dengan tangan kanan beliau menjadi Gunung Agung. Sedangkan bongkahan pada tangan kiri beliau menjadi Gunung Batur. Di Gunung Agung distanakan Sang Hyang Putra Jaya (Sang Hyang Maha Dewa). Sedangkan di Gunung Batur distanakan Dewi Danuh. Dewi Danuh itu tidak lain adalah saktinya Dewa Wisnu. Dewa Wisnu adalah Tuhan sebagai dewanya air untuk kemakmuran makhluk hidup.
Lontar yang menyebutkan keberadaan Pura Batur ini antara lain Lontar Usana Bali, Lontar Kusuma Dewa, Lontar Raja Purana Batur. Menurut lontar tersebut Pura Batur adalah Pura Sad Kahyangan yang tergolong Kahyangan Jagat untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Kemakmuran. Kahyangan Jagat adalah tempat pemujaan Tuhan bagi semua umat Hindu.
Dasar membangun kemakmuran dinyatakan dalam Bhagawad Gita adalah kris, goraksya dan vanjyam yang artinya pertanian, peternakan dan perdagangan. Kemakmuran tersebut tidak mungkin terwujud tanpa ada air. Dari airlah stavira (tumbuh-tumbuhan), janggama (hewan) dan manusia mengembangkan kehidupannya.
Salah satu tujuan pendirian Sad Kahyangan itu untuk memotivasi umat manusia melestarikan Sad Kerti membangun kesejahteraan lahir batin. Danu Kerti dan Wana Kerti adalah dua dari enam unsur Sad Kerti. Air samudera menguap menjadi mendung. Mendung jatuh menjadi hujan. Air hujan yang turun tanpa ada tumbuh-tumbuhan akan bablas langsung ke laut.
Kalau ada tumbuh-tumbuhan sebagai hutan di lahan yang tinggi seperti bukit dan gunung maka air tersebut akan teresap dengan baik. Air yang diresap oleh hutan itu akan menjadi danau dan sungai yang terus mengalir tak henti-hentinya. Demikianlah hukum alam ciptaan Tuhan.
Proses alam seperti itu harus dipelihara dan dijaga dengan baik oleh umat manusia dengan arif dan bijak. Air, tumbuh-tumbuhan bahan makanan dan kata-kata bijak adalah tiga ratna permata di bumi menurut Canakya Nitisastra. Kalau air dan tumtuh-tumbuhan tanpa dikelola dengan kata-kata bijak maka semuanya itu akan membawa bencana bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi ini.
Memuja Tuhan sebagai Dewi Danuh, saktinya Dewa Wisnu untuk memelihara tegaknya eksistensi kata-kata bijak mengelola proses alam itu. Kalau proses alam tersebut dikelola dengan nafsu keserakahan justru akan membawa bencana bagi manusia. Perpaduan Pura Ulun Danu Batur, Gunung Batur, Danau Batur dan hutan di kawasan Kintamani merupakan keindahan yang amat memukau. Upacara keagamaan Hindu dan sembahyang di Pura Ulun Danu Batur itu hendaknya diarahkan untuk mencerahkan umat agar menjaga keindahan tersebut.
Keberadaan Pura Ulun Danu Batur di kawasan Kintamani itu harusnya dijadikan pusat penguatan jiwa untuk memotivasi umat dalam memelihara lestarinya perpaduan proses alam yang indah memukau.
Kawasan tersebut sebagai kawasan resapan air di Bali. Kalau kawasan tersebut rusak maka salah satu sumber untuk ajegnya alam Bali akan terancam. Jadi, bukan orang Kintamani dan Bangli saja yang rugi, tetapi Bali secara keseluruhan. Perhatian kepada Pura Ulun Danu Batur itu tidak boleh berhenti pada proses pemujaan dan upacara semata. Pemujaan umat ke Pura Ulun Danu Batur harus ditujukan untuk mendalami dan memahami nilai-nilai universal yang berada di balik Pura Ulun Danu Batur itu. Salah satu nilai universalnya adalah adanya amanat untuk menjaga kelestarian air dan hutan di Bali. Sesuai dengan Sarasamuscaya 135, lakukan Bhuta Hita (alam sejahtra) terlebih dahulu untuk menjamin tercapainya tujuan hidup dharma, artha dan kama di dunia sekala dan moksha di dunia niskala.
* Ketut Gobyah
Pura Batur
Pura Batur yang lebih dikenal dengan Pura Ulun Danu terletak pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut tepatnya di Desa Kalanganyar Kecamatan Kintamani di sebelah Timur jalan raya Denpasar-Singaraja.
Pura ini menghadap ke barat yang dilatarbelakangi Gunung Batur dengan lava hitamnya serta Danau Batur yang membentang jauh di kaki Gunung Batur, melengkapi keindahan alam di sekeliling pura.
Sebelum letaknya yang sekarang ini, Pura Batur terletak di lereng Barat Daya Gunung Batur. Karena letusan dasyat pada tahun 1917 yang telah menghancurkan semuanya, termasuk pura ini kecuali sebuah pelinggih yang tertinggi. Akhirnya berkat inisiatif kepala desa bersama pemuka desa, mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur ke tempat yang lebih tinggi yakni pada lokasi saat ini. Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun yang dinamakan Ngusaba Kedasa.
SEJARAH PURA BATUR
Sebelum letusan Gunung Batur yang dasyat pada tahun 1917, Pura Batur semula terletak di kaki Gunung itu dekat tepi Barat Daya Danau Batur yang merusakkan 65.000 rumah, 2.500 Pura dan lebih dari ribuan kehidupan. Tetapi keajaiban menghentikannya pada kaki Pura. Orang-orang melihat semua ini sebagai pertanda baik dan melanjutkan untuk tetap tinggal disana. Pada tahun 1926 letusan baru menutupi seluruh Pura kecuali "Pelinggih" yang tertinggi, temapt pemujaan kepada Tuhan dalam perwujudan Dewi Danu, Dewi air danau. Kemudian warga desa bersikeras untuk menempatkannya di tempat yang lebih tinggi dan memulai tusag mereka untuk membangun kembali pura. Mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur.
Beberapa lontar suci Bali kuno menceritakan asal mula Pura Batur yang merupakan bagian dari "sad kayangan" enam kelompok Pura yang ada di Bali yang tercatat dalam lontar Widhi Sastra, lontar Raja Purana dan Babad Pasek Kayu Selem. Pura Batur juga dinyatakan sebagai Pura "Kayangan Jagat" yang disungsung oleh masyarakat umum.
Sejarah Pura Batur merupakan persembahan untuk Dewi Kesuburan, Dewi Danu. Dia adalah Dewi dari air danau. Air yang kaya akan mineral mengalir dari Danau Batur, mengalir dari satu petak sawah ke petak sawah yang lainnya, lambat laun turun ke bumi. Dalam lontar Usaha Bali, salah satu sastra suci yang ditempatkan di pura itu, ada legenda kuno yang melukiskan susunan dari tahta Dewi Danu.
Legenda tersebut diceritakan sebagai berikut :
Pada suatu malam di awal bulan kelima Margasari Dewa Pasupati (Siwa) memindahkan puncak Gunung Mahameru di India dan membaginya menjadi dua bagian. Dibawanya satu bagian dengan tangan kirinya dan yang satunya dengan tangan kanannya. Kedua belahan itu dibawa menjadi tahta. Belahan yang dibawa dengan tangan kanannya menjadi Gunung Agung tahta untuk anaknya, Dewa Putranjaya (mahadewa Siwa) dan yang dibawanya dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur tahta dari Dewi Danu, Dewi Air Danau. Legenda ini menjadikan Gunung terbesar di Bali dan dua elemen simbolis "laki-laki dan perempuan" (Purasa dan Pradana) atau dua asal mula manifestasi dari sumber; Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
Identifikasi dan Daya Tarik
Nama obyek wisata kawasan Batur disesuaikan dengan potensi yang ada yaitu Gunung Batur dan Danau Batur. Nama Pura Batur berasal dari nama Gunung Batur yang merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan di emong oleh Warga Desa Batur. Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur berada di kaki sebelah Barat Daya Gunung Batur. Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Batur ini, maka Pura bersama warga desa Batur dipindahkan di tempat sekarang. Sisa-sisa lahar yang membeku berwarna hitam, Gunung Batur tegak menjulang, Danau Batur teduh membiru, merupakan suatu daya tarik bagi setiap pengunjung. Dari Penelokan dapat memandang birunya Danau Batur dan buih-buih ombak yang menepi menemani sopir boat saat melayani wisatawan dan penumpang umum dalam setiap penyebrangan dari Desa Kedisan ke Desa Trunyan. Para nelayan juga mewarnai kesibukan di Danau Batur mengail ikan mujair yang hasil tangkapannya di jual di pasar Kota Bangli, sehingga di Bangli dikenal dengan sate mujairnya yang merupakan makanan ciri khas Kabupaten Bangli.
Lokasi
Obyek Wisata Kawasan Batur terletak di Desa Batur, Kecamatan Kintamani Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli. Obyek Wisata Kawasan Batur berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut dengan suhu udaranya berhawa sejuk pada siang ahri dan dingin pada malam hari. Untuk mencapai lokasi ini dari Ibu Kota Bangli jaraknya 23 km. Obyek wisata ini dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, karena lokasi ini menghubungkan kota Bangli dan kota Singaraja. Sedangkan rute obyek, menghubungkan Obyek Wisata Kawasan Batur dengan Obyek Wisata Tampaksiring dan Besakih.
Fasilitas
Di obyek wisata Kawasan Batur sudah tersedia tempat parkir, rumah makan, restoran, penginapan, toilet, wartel, serta warung-warung minuman dan makanan kecil. Mengenai fasilitas angkutan umum dan angkutan penyeberangan sudah tersedia.
Kunjungan
Obyek wisata Kawasan Batur ramai dikunjungi oleh wisatawan Mancanegara dan Nusantara. Kunjungan yang paling menonjol sekitar bulan Agustus, Desember, saat menyambut Tahun Baru dan suasana Tahun Baru. Demikian pula pada hari-hari Raya Galungan, Idul Fitri dan Hari Raya Natal, bahkan sering dikunjungi oleh tamu Negara baik dari pusat maupun tamu dari luar negeri.
Deskripsi
Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Batur adalah Lontar Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan bahwa Pura Batur sudah ada sejak jaman Empu Kuturan yaitu abad X sampai permulaan abad XI. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka diperkirakan bahwa Pura Batur adalah Penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali, sekaligus merupakan Kahyangan Jagat. Di Pura Batur yang diistanakan adalah Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali yang terjemahannya sebagai berikut : Adalah ceritera, terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke V) waktu Kresna Paksa (Tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Maha Meru dibagi menjadi dua, dipegang dengan tangan kiri dan kanan lalu dibawa ke Bali digunakan sebagai sthana Putra beliau yaitu Betara Putrajaya (Hyang Maha Dewa) dan puncak gunung yang dibawa tangan kiri menjadi Gunung Batur sebagai sthana Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali. Kedua Gunung ini merupakan lambang unsur Purusa dan Pradana dari Sang Hyang Widhi. Pura Batur merupakan tempat Pemujaan Umat Hindu di seluruh Bali khususnya Bali Tengah, Utara dan Timur memohon keselamatan di bidang persawahan. Sehingga pada saat puja wali yang jatuh pada Purnamaning ke X (kedasa) seluruh umat terutama pada semua kelian subak, sedahan-sedahan datang ke Pura Batur menghaturkan "Suwinih". Demikian kalau terjadi bencana hama.
Dari Blandingan sampai Penglipuran
PURA Ulun Danu Batur, Kintamani, Bangli sebagai pura banuwa disembah oleh empat puluh lima desa di Bali, dengan Desa Batur sebagai penanggung jawab utamanya. Keempat puluh lima desa tersebut wajib mengeluarkan bahan upacara yang disebut atos. Pemuja ini terjadi karena perjalanan Ida Bhatari Dewi Danu ke desa-desa di sekitarnya.
Dikisahkan, Ida Bhatara Indra memberikan putra kedua tirta yang disebut Mas Manik Mampeh yang menjadi aset wisata di sekitar Danau Batur. Jalannya melewati Desa Songan, Kintamani, Bangli. Air ini sangat besar namun karena diberi pesan oleh Bhatara Indra tak boleh dimanfaatkan oleh orang Batur, maka Ida Bhatari Dewi Danu (I Ratu Ayu Mas Membah) berniat menjualnya. Semula yang akan menjual adalah putranya.
''Ibu hamba khawatir karena Ibu seorang putri tentunya akan banyak halangan, biarlah nanda yang menjualnya,'' kata putranya. ''Oh nanda jangan khawatir, ibu bisa menjaga diri,'' jawab Dewi Danu. Seketika Beliau berubah wujud menjadi seorang tua laki-laki yang sudah renta dan badannya penuh dengan luka, kudisan. ''Nah nanda adakah yang akan mengetahui ibu?''
Demikianlah Beliau menuju arah timur laut, sampai pada sebuah dataran tinggi sambil memikul air dalam dua buah labu pahit. Beliau tiba di dataran Bubung Kelambu, di sana beliau istirahat. Karena ragu airnya sejak tadi tumpah waktu dipikul, Beliau mengeluarkan airnya, dan memancur dari labunya, sehingga tempat itu diberi nama Tirta Mas Manik Mancur. Letaknya di sebelah barat Desa Blandingan.
Perjalanan dilanjutkan dan Beliau tiba di Desa Munti Gunung. ''Tuan, tuan yang ada di desa ini, saya menjual air, apakah tuan sudi membelinya?'' Penduduk Munti Gunung merasa jijik melihat Beliau yang pebuh kudisan dan baunya menusuk hidung sangat busuk. Lalu mereka berkata, ''Ah siapa sudi membeli airmu, kamu saja seperti pengemis, dan baumu sangat busuk. Bagaimana dengan airnya, tentunya juga busuk. Sana kamu pergi jangan di sini mengemis''.
''Oh kamu orang Munti Gunung, kamu sekalian tidak tahu Aku ini Bhatari Batur menjual air, dan kamu telah menghina Aku sebagai pengemis. Semoga nanti kamu sekalian sangat sulit hidupmu dan hanya akan hidup dari mengemis''. Begitulah, sampai saat ini penduduk Munti Gunung selalu meresahkan Denpasar dengan gayanya mengemis serta menjadi ''peminta-minta di jalan perempatan''.
Selanjutnya, Dewi Danu menjajakan air dari Batu Ringgit menuju ke barat. Namun satu desa pun tak ada yang mau membelinya dengan dalih pedagangnya sangat menjijikkan, serta mereka menyatakan sudah dekat dengan laut, mudah mencari air.
Tiba di Desa Les, Dewi Danu kembali menjajakan airnya. ''Tuan, tuan apakah tuan ada niat membeli air, saya menjual air''. Penduduk Les merencanakan membeli dengan dua kepeng, namun baru membayar satu kepeng. Itu pun dengan jalan menggadaikan sabit besar (tah). ''Nah Tuan sekalian, Aku ini Bhatari Batur, dan air ini berilah nama Toya Mampeh, dan tuan hendaknya menggantinya setiap tahun ke Batur''.
Sejak itu, setiap tahun pada Purnama Kedasa Desa Adat Les ngatos ke Batur berupa beras, babi, ayam aduan (uran akembaran) serta bahan lainnya sesuai dengan permintaan dari Penghulu Setimaan Batur. Di Desa Tejakula yang semula sebagai tempat buangan, Beliau menjual airnya dengan dua kepeng, serta dibayar dengan kerbau, dan selanjutnya, penduduk berminat membeli dengan tiga kepeng, karenanya beliau mengambil airnya sampai ke dasar labu, akibatnya kotoran labu dan jentik pun ikut dalam gayungnya. Penduduk lantas dikutuk ''agar sumurnya dalam dengan sebutan Buhun Dalem -- Bondalem''.
Perjalanan menuju ke barat dan di Pantai Ponjok Batur airnya dituangkan sedikit, sehingga di sana ada mata air yang jika air laut surut airnya kelihatan. Sampai di satu tempat dan semua airnya dituangkan serta dikutuk: ''semoga air ini tak bisa dijadikan air pertanian, dan air ini agar irit (inih) sehingga tempat itu menjadi Air (Sangat) Inih -- Air Sanih.
***
DEWI Danu kemudian berganti rupa kembali menjadi seorang putri yang sangat cantik dan telah tiba di sekitar perbatasan Kubu Tambahan. Beliau menjunjung bambu kecil dan berkata pada penduduk, ''Tuan, tuan di Kubu Tambahan apakah tuan mau membeli kerbau, saya menjual kerbau''. ''Ah ada-ada saja kamu mengatakan menjual kerbau, mana kerbaumu?'' ''Ini tuan kerbaunya saya tempatkan pada bambu yang saya jungjung,'' sahut Dewi Danu.
Mereka merasa ditipu, mana mungkin kerbau ada dalam sepotong bambu. Lalu, bambunya dirampas, dan dilihat ternyata di dalamnya kelihatan kerbau beberapa ekor, berkeliaran dalam bambu. Bambunya di balik, keluarlah beberapa ekor kerbau. Pemuka adat Kubu Tambahan dan Bungkulan mengusir kerbau tersebut, sehingga lari tunggang langgang melampaui beberapa desa seperti Penarukan, Banyuning, Swan, Jinengdalem, Kerobokan, dan sekitarnya.
Setelah sore Dewi Danu memanggil kerbaunya, namun seekor yang paling besar dipotong oleh penduduk Kubu Tambahan dan Bungkulan, dagingnya dibagi rata. Bhatari Batur lantas mengutuk: ''Tuan sekalian, Aku ini Bhatari Batur, nanti semua desa yang bekas diinjak kerbauku harus membayar ke Batur, dan tuan penduduk Kubu Tambahan dan Bungkulan yang memotong kerbauku harus menggantinya secara bergilir ke Batur dengan kerbau hidup.'' Begitulah, Kubutambahan dan Bungkulan secara bergantian membayar kerbau ke Batur, dan semua desa yang dilewati beliau dan bekas injakan kerbaunya sebagai pemuja Pura Ulun Danur Batur.
Dewi Danu atau Ida Bhatari Batur kembali ingin menambah wewidangan-nya dan Beliau berganti rupa menjadi gadis desa sangat cantik sambil berjualan gantal pada sabungan ayam di Kehen. Waktu itu, Ida Bhatara Kehen melihat beliau dalam hatinya berkata: ''Ah kenapa ada dagang gantal sangat cantik, kalau ini kujadikan istri sangat cocok sebagai penguasa''. Dagang tersebut didekati: ''Putri cantik kiranya tak cocok berdagang, bagaimana kalau Anda saya ambil menjadi istriku''. ''Mohon maaf, saya tak bisa menikah,'' sahut Bhatari Batur. ''Ah mana mungkin ada orang tak boleh menikah,'' kata Ida Bhatara Kehen. Lalu Bhatari Batur diperkosa.
''Hai tuan penguasa Kehen, kiranya tuan tak tahu siapa Aku, coba sekali lagi tuan memperkosa saya,'' tantang Bhatari Batur. Karena jengkel kembali Beliau mau diperkosa, mendadak Bhatari Batur berkata: ''Tuan Aku ini Bhatari Batur. Tuan sangat sombong baru di tempatmu, sekarang semoga ada gunung yang membuang air Danau Batur agar tak sampai ke Bangli''. Mendadak di selatan kota terbentang gunung yang membujur dari barat ke timur menutup aliran air Danau Batur. ''Ah, kamu baru bisa begitu saja sudah sombong, aku juga bisa,'' kata Ida Bhatara Kehen. Beliau lantas berkata: ''Semoga ada belut besi, kepiting besi yang melubangi gunung tersebut''. Benar saja, mendadak gunung tersebut dilubangi oleh belut besi dan kepiting besi yang saat ini tersimpan di Trunyan.
Akhirnya, Bhatari Batur kembali ke Batur. Namun sebelumnya mereka sama-sama mengutuk. ''Nanti jika Bhatari melewati daerahku engkau akan aku denda,'' kata Bhatara Kehen. ''Ya aku akan membayarnya, tetapi Aku juga mengutuk semua orang Bangli yang memiliki genta, harus membayar denda ke Batur,'' kutuk Bhatari Batur.
Sampai kini kutukan tersebut tetap berlaku, dan karena gagal mempersunting Bhatari Batur, Bhatara Kehen mengambil ''istri penawing'' ke Penglipuran.
* Jro Mangku I Ketut Riana

Selasa, 04 Oktober 2016

Tutorial Game HON

Cara Bermain Heroes Of Newerth Garena (HoN)

Baiklah sekarang saya akan memberi tahu kamu bagaimana cara bermain Heroes Of Newerth Garena (HoN) dengan mudah dan gampang dimengerti, berikut penjelasannya:
  • Cara masuk HoN. Pilih Logo Garena Messenger yang berada di dalam Game Data. Setelah tampil layar Garena Plus masukan ID Garena kamu, lalu klik "Login Garena". Kemudian tekan tombol HoN dibawah LoL dan klik start Heroes Of Newerth.
     
     
    • Buat In Game Name kamu (IGN). Pada tahap ini kamu akan diminta untuk membuat IGN kamu. Setelah IGN berhasil dibuat, akan muncul pesan bahwa kamu telah sukses membuat IGN. 
     
    • Tampilan pada saat masuk game HoN. Ini adalah tampilan awal pada saat kamu memasuki HoN. Disini kamu dapat melihat Play Now/Match Making, Hosted Games/Game Dihost, Match Stats/Statistik Game, Learnatorium/Edutorium, HoN Plinko dan Hon Store/Toko Goblin. Play Now/Match Making adalah bermain match making secara perorangan maupun bersama teman yang memungkinkan menaikan MMR/PSR dan jumlah Silver Coin. Hosted Games/Game Dihost yaitu membuat game publik yang memungkinkan menaikan MMR/PSR tetapi tidak menambah Silver Coin, kamu juga bisa join game orang lain yang berada di list. Match Stats/Statistik Game yaitu melihat hasil game yang telah dimainkan. Learnatorium/Edutorium adalah tempat kita melihat hero yang kita miliki atau tidak miliki dan yang Free/Gratis. HoN Plinko adalah sebuah mini game, namun saya tidak tahu cara kerjanya seperti apa karena saya belom pernah mencobanya, hehe maaf ya, silahkan dicoba sendiri jika ingin mengetahuinya. Hon Store/Toko Goblin adalah tempat kamu membeli Glod Coin, Hero, Alternate Avatar, Taunt, Courier, Name Color, Symbol dll.
     
    • Cara menambah teman. Kamu dapat menambah teman sebanyak mungkin agar bisa bermain dengan lebih menyenangkan. Kamu dapat melakukannya dengan 2 cara, yaitu dengan mengetik di chat /b a IGN yang ingin di add atau dengan menekan tombol Friends/Teman dan ketikan IGN yang anda ingin add.
     
    • Masuk ke channel. Kamu dapat masuk ke channel Indonesia atau Clan-Clan lainnya dengan mengetik di kolom channel. 
     
    • Bermain Play Now/Match Making. Dalam Play Now terdapat 2 macam permainan, yaitu Co-Op (AI Enemies) dan PvP (Human Enemies). Co-Op (AI Enemies) adalah tempat bagi kamu yang baru pertama kali bermain HoN atau mencoba melatih skill melawan AI. Di game ini kamu tidak mendapatkan MMR/PSR, Silver Coin dan stats tidak akan tersimpan dalam Player Statistics. PvP (Human Enemies) terdapat juga 2 macam permainan. Yang pertama adalah Forests Of Caldavar (FOC), yaitu type permainan 5 lawan 5 yang menggunakan 3 line, atas, tengah dan bawah. Dalam game ini kamu bisa mendapatkan MMR dan Silver Coin yang cukup banyak untuk membeli Hero, Name Color, Taunt dll. Di game ini juga terdapat 2 mode permainan, yaitu mode normal dan casual, yang pada akhir permainan akan tersimpan dalam Player Statistics. Yang kedua adalah Mid Wars, yaitu type permainan 5 lawan 5 namun hanya menggunakan 1 line yaitu tengah. Dalam game ini kamu hanya mendapatkan Silver Coin tapi dalam jumlah yang kecil. Dalam game ini tidak ada mode, jadi stats dalam permainan tidak akan tersimpan dalam Player Statistics. Jika ingin bermain dengan koneksi lokal silahkan jempolkan hanya Bendera Indonesia saja agar terhindar dari LAG karena keterbatasan bandwidth. 
     
     
    • Bermain Hosted Games/ Game Dihost. Disini kamu bisa membuat game atau join game publik. Pilih Create Game jika kamu ingin membuat game dan pilih Search Games jika kamu ingin join game. Jika kamu memilih join game, silahkan pilih Server Indonesia agar bermain dengan koneksi lokal jika kamu hanya ingin bermain diserver lokal.
     
     
    Sekiranya itu saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf, jika kurang silahkan dipelajari sendiri hehehe. Selamat menikmati, ENJOY THE GAME AND HAVE SOME FUN~

Senin, 03 Oktober 2016

Arsitektur Modern Kubisme



A.    KONSEP ALIRAN
1.      Konsep Aliran Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaanbentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak). Arsitektur aliran kubisme terinspirasi dari seni lukis yang muncul dan mulai berkembang pada tahun 1910 - 1914 di Paris. Aliran kubisme muncul karena rasa bosan terhadap aliran-aliran klasik yang penuh dengan ornamen.
Cubism adalah gerakan paling revolusioner dalam seni rupa, berkembang mula-mula di Perancis antara tahun 1907-1920-an. Cubismberasal dari seni lukis yang tidak hanya membuat bentuk dan warna dalam dimensi ruang tetapi juga dimensi waktu, menyajikan lukisan tidak hanya dari satu sudut pandang yang lazimnya dalam lukisan tradisional, tetapi dalam berbagai sisi, termasuk sisi yang seharusnya tidak terlihat dalam lukisan.Cubism tidak sepenuhnya abstrak. Prinsip dari aliran Cubism menonjolkan aspek ruang atau tiga dimensi dan waktu, dimana hal itu tidak terdapat dalam aliran klasik-tradisional.

Aliran Cubism tidak langsung diterima begitu saja oleh kalangan masyarakat pencinta seni. Timbul pro dan kontra terhadap kemunculan alirancubism. Kelahiran cubism terjadi pada masa Revolusi Industri, dalam tahun 1910-an, ditandai dengan kejadian bersejarah yaitu penggunaan mesin pertama kali untuk pemotongan hewan di Chicago. Pengikut aliran cubismadalah orang-orang yang anti kehidupan borjuis atau kelas menengah yang juga pendukung industrialisasi dan sistem perdagangan baru.
Aliran cubism mempengaruhi bidang arsitektur dalam elemen utama pendukung arsitektur yaitu material, ruang dan pencahayaan. Dalam arsitektur klasik, material adalah hal utama yang memberikan kekuatan dalam konstruksi. Ruang terletak dibalik dinding tebal di mana cahaya masuk hanya sedikit. Namun sejak aliran cubism muncul, arsitektur bukan lagi selubung, tetapi ruang menjadi aspek paling dominan.

Aliran Cubism termasuk dalam aliran arsitektur modern awal Fungsionalisme atau rasionalisme. Elemen bangunan mengutamakan pada fungsi yang pada akhirnya dapat menimbulkan keindahan tanpa adanya hiasan atau dekorasi satupun. 
Aliran cubism memanfaatkan teknologi beton bertulang yang bentuk dan ukuran- ukurannya standar dengan sistem module. Sistem ini menjadikan suatu bangunan dibangun dalam waktu yang cepat dan memungkinkan dibangun dalam jumlah yang banyak. Elemen- elemen bangunan dibuat dan dicor di pabrik yang selanjutnya perakitan dapat dilakukan di lapangan secara langsung serta memerlukan waktu yang singkat. 
Bagian-bagian dari bangunan seperti pondasi, kolom, tiang, tangga dan lain-lain dibuat di pabrik, kemudian dipasang dan disambung menjadi bangunan dalam jumlah sesuai kebutuhan.